Dana Moneter Internasional (IMF) memberikan peringatan pada ekonomi Asia. Risiko meningkat akibat ketegangan perdagangan, kesengsaraan sektor properti China, dan potensi gejolak pasar lebih lanjut.
Dalam laporan Jumat (1/01/2025), IMF menyebut tekanan harga yang terus-menerus dari China dapat “memicu ketegangan perdagangan” dengan merugikan sektor-sektor di negara-negara tetangga dengan struktur ekspor yang sama. Badan ini pun mendesak Beijing untuk mengambil langkah-langkah guna mencapai pemulihan yang lebih didorong oleh permintaan bagi ekonominya.
“Perlambatan yang lebih lama dan lebih besar dari yang diperkirakan di China akan merugikan kawasan dan ekonomi global,” kata IMF dalam laporan prospek ekonomi regionalnya untuk Asia, seperti dikutip Reuters.
Dalam perkiraan terbarunya, IMF pun memperkirakan ekonomi Asia akan tumbuh 4,6% pada tahun 2024 dan 4,4% pada tahun 2025, dengan kebijakan moneter yang lebih longgar di seluruh dunia, yang diperkirakan akan meningkatkan permintaan swasta tahun depan. Proyeksi untuk tahun 2024 dan 2025 direvisi naik sebesar 0,1 poin persentase dari perkiraan IMF yang dibuat pada April, tetapi lebih rendah dari ekspansi 5,0% pada tahun 2024.
Risiko, ujar lembaga itu, condong ke sisi negatif. Ini karena langkah-langkah pengetatan moneter sebelumnya dan ketegangan geopolitik dapat merugikan permintaan global, meningkatkan biaya perdagangan, dan mengguncang pasar.