Negosiasi Dagang, Negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali berlanjut dengan tensi tinggi, kali ini berlangsung di London dan diperpanjang menjadi dua hari. Pertemuan yang awalnya dijadwalkan hanya pada Senin malam (9/6/2025) di Lancaster House, sebuah gedung bersejarah milik pemerintah Inggris, akhirnya harus diperpanjang hingga Selasa (10/6/2025) karena belum mencapai kesepakatan.
Pada 9–10 Juni 2025, delegasi tinggi Amerika Serikat dan China menggelar perundingan dagang penting di Lancaster House, London. Pertemuan ini menjadi babak lanjutan dari upaya meredakan ketegangan perdagangan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Setelah pertemuan awal di Jenewa pada Mei lalu, kedua negara berusaha untuk mengatasi isu-isu utama yang masih mengganjal, termasuk tarif tinggi dan pembatasan ekspor mineral tanah jarang.
Poin-Poin Penting dari Negosiasi Dua Hari di London
Kembalinya Aliran Mineral Tanah Jarang ke AS
Salah satu isu utama dalam perundingan ini adalah ekspor mineral tanah jarang dari China ke AS. China sebelumnya menangguhkan ekspor mineral kritis ini pada April 2025, yang berdampak pada industri teknologi dan pertahanan AS. Namun, setelah pembicaraan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping, China setuju untuk melanjutkan ekspor mineral tanah jarang ke AS. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan AS pada pasokan dari negara lain dan mendukung industri kendaraan listrik serta teknologi tinggi lainnya.
Harapan untuk Penurunan Tarif yang Lebih Lanjut
Meskipun telah ada kesepakatan sementara di Jenewa untuk mengurangi tarif antara kedua negara, implementasinya masih menjadi tantangan. Delegasi AS, yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick, mendesak China untuk mempercepat pelaksanaan kesepakatan tersebut dan mengurangi tarif lebih lanjut. Presiden Trump menyatakan bahwa pembicaraan berjalan dengan baik dan berharap dapat mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
Kekhawatiran atas Dampak Ekonomi Global
Perang dagang antara AS dan China telah memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian global. Pada Mei 2025, ekspor China ke AS turun sebesar 35% dibandingkan tahun sebelumnya, penurunan terbesar sejak awal pandemi COVID-19. Sementara itu, ekonomi AS juga mengalami kontraksi pada kuartal pertama 2025, sebagian besar disebabkan oleh lonjakan impor yang mempengaruhi neraca perdagangan.
Isu Teknologi dan Keamanan Nasional
Selain masalah tarif dan ekspor mineral, isu teknologi juga menjadi bagian penting dalam perundingan ini. AS telah memberlakukan pembatasan terhadap ekspor teknologi canggih ke China, termasuk perangkat lunak desain chip dan peralatan militer. China menganggap langkah-langkah ini sebagai hambatan terhadap perkembangan teknologinya dan mendesak AS untuk melonggarkan pembatasan tersebut.
Dampak terhadap Pasar Global
Pasar saham Asia menunjukkan reaksi positif terhadap perundingan ini. Indeks saham di Jepang, Korea Selatan, dan Australia mengalami kenaikan, mencerminkan optimisme investor terhadap potensi penyelesaian konflik dagang antara dua ekonomi terbesar dunia. Namun, ketidakpastian masih ada, terutama terkait dengan implementasi kesepakatan dan potensi hambatan politik domestik di kedua negara.
Prospek Ke Depan
Meskipun ada kemajuan dalam perundingan ini, tantangan besar masih menghadang. Kedua negara memiliki kepentingan strategis yang berbeda, terutama dalam hal teknologi dan keamanan nasional. Selain itu, dinamika politik domestik di AS dan China dapat mempengaruhi kelanjutan dan implementasi kesepakatan yang dicapai. Namun, perundingan di London memberikan harapan baru bahwa dialog konstruktif dapat mengarah pada penyelesaian damai dari konflik dagang yang telah berlangsung lama.
Kesimpulan
Perundingan dagang antara AS dan China di London pada 9–10 Juni 2025. Hal ini menandai langkah penting dalam upaya meredakan ketegangan perdagangan antara kedua negara. Dengan fokus pada isu-isu utama seperti ekspor mineral tanah jarang, Tarif, dan pembatasan teknologi, pertemuan ini menunjukkan adanya kemauan politik. Dari kedua belah pihak untuk mencari solusi bersama. Meskipun tantangan masih ada, perkembangan ini memberikan harapan bagi pemulihan ekonomi global dan stabilitas pasar.